Place

Kabupaten Soppeng

Kabupaten Soppeng adalah salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan. Ibu kota kabupaten Soppeng terletak di Watansoppeng.

awaluddin/tribunsoppeng.com
Bupati Soppeng Andi Kaswadi Razak pimpin apel perdana di pelataran Kantor Bupati Soppeng 

TRIBUNTIMURWIKI.COM - Kabupaten Soppeng adalah salah satu kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan.

Ibu kota kabupaten Soppeng terletak di Watansoppeng.

Kabupaten Soppeng memiliki luas wilayah 1.500,00 km² dan berpenduduk sebanyak kurang lebih 223.826 jiwa (2010).

Kantor DPRD Soppeng
Kantor DPRD Soppeng (TRIBUNTIMUR/AWALUDDIN)

Asal Usul Nama Soppeng

Dikutip dari soppengkab.go.id, asal mula nama Soppeng sampai saat ini belum ada kesepakatan di antara para pakar dan budayawan.

Bahkan dalam sastra Bugis tertua I LA GALIGO telah tertulis nama Kerajaan Soppeng yang berbunyi: “ IYYANAE SURE PUADA ADAENGNGI TANAE RI SOPPENG, NAWALAINNA SEWO-GATTARRENG, NONI MABBANUA TAUWE RI SOPPENG, NAIYYA TAU SEWOE IYANARO RI YASENG TAU SOPPENG RIAJA, IYYA TAU GATTARENGNGE IYANARO RIASENG TAU SOPPENG RILAU”.

Berdasarkan naskah lontara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penduduk tanah Soppeng mulanya datang dari dua tempat yaitu, Sewo dan Gattareng.

Kisah Pengangkatan Datu Pertama di Kerajaan Soppeng

Di dalam lontara tertulis bahwa jauh sebelum terbentuknya Kerajaan Soppeng telah ada kekuasaan yang mengatur jalannya pemerintahan yang berdasarkan kesepakatan 60 Pemuka Masyarakat.

Hal ini dilihat dari jumlah Arung, Sullewatang, Paddanreng, dan Pabbicara yang mempunyai daerah kekuasaan sendiri yang dikoordinasikan oleh LILI-LILI.

Namun pada suatu waktu datang musim kemarau yang kemudian menimbulkan huru-hara dan kekacauan dimana-mana, sehingga kemiskinan dan kemelaratan semakin menjadi-jadi.

Olehnya itu 60 Pemuka Masyarakat bersepakat untuk mengangkat seorang junjungan yang dapat mengatasi semua masalah tersebut.

Tampil Arung Bila mengambil inisiatif mengadakan musyawarah besar yang dihadiri 30 orang matoa dari Soppeng Riaja dan 30 orang Matoa dari Soppeng Rilau.

Sementara musyawarah berlangsung, seekor burung kakak tua terbang mengganggu diantara para hadirin dan Arung Bila memerintahkan untuk menghalau burung tersebut dan mengikuti kemana mereka terbang.

Burung Kakak Tua tersebut akhirnya sampai di Sekkanyili dan ditempat inilah ditemukan seorang berpakaian indah sementara duduk diatas batu, yang bergelar Manurungnge Ri Sekkanyili atau LATEMMAMALA sebagai pemimpin yang diikuti dengan IKRAR.

Ikrar tersebut terjadi antara LATEMMAMALA dengan rakyat Soppeng.

Demikianlah komitmen yang lahir antara Latemmamala dengan rakyat Soppeng, dan saat itulah Latemmamala menerima pengangkatan dengan Gelar DATU SOPPENG, sekaligus sebagai awal terbentuknya Kerajaan Soppeng.

Dengan mengangkat Sumpah di atas Batu yang di beri nama “ LAMUNG PATUE” sambil memegang segenggam padi dengan mengucapkan kalimat yang artinya “isi padi tak akan masuk melalui kerongkongan saya bila berlaku curang dalam melakukan Pemerintahan selaku Datu Soppeng ”.

Sejarah

Dikutip dari Wikipedia, Soppeng adalah sebuah kota kecil di mana dalam buku-buku lontar terdapat catatan tentang raja-raja yang pernah memerintah sampai berakhirnya status daerah Swapraja.

Satu hal menarik sekali dalam lontara tersebut bahwa jauh sebelum terbentuknya kerajaan Soppeng, telah ada kekuasaan yg mengatur daerah Soppeng, yaitu sebuah pemerintahan berbentuk demokrasi karena berdasar atas kesepakatan 60 pemukan masyarakat.

Tetapi saat itu Soppeng masih merupakan daerah yang terpecah-pecah sebagai suatu kerajaan-kerajaan kecil.

Hal ini dapat dilihat dari jumlah Arung,Sulewatang, dan Paddanreng serta Pabbicara yang mempunyai kekuasaan tersendiri.

Setelah kerajaan Soppeng terbentuk maka dikoordinir oleh Lili-lili yang kemudian disebut Distrikvdi Zaman Pemerintahan Belanda.

Literatur yang ditulis tentang sejarah Soppeng masih sangat sedikit. Sebagaimana tentang daerah-daerah di Limae Ajattappareng, juga Mandar dan Toraja, Soppeng hanyalah daerah “kecil” dan mungkin “kurang signifikan” untuk diperebutkan oleh dominasi dua kekuatan di Sulawesi Selatan yakni Luwu dan Siang sebelum abad ke-16. Namun, seperti disebutkan oleh sebuah kronik Soppeng, dulunya Soppeng bersama Wajo, sangat bergantung kepada kerajaan Luwu.

Seiring menguatnya kekuatan persekutuan Goa-Tallo di Makassar; untuk mengimbanginya, Bone sempat mengajak Wajo dan Soppeng membentuk persekutuan Tellumpocco pada perjanjian Timurung tahun 1582.

Akan tetapi, masuknya Islam di Sulawesi Selatan di paruh akhir abad ke-16, ditandai dengan masuknya Karaeng Tallo I Mallingkang yang lebih dikenal sebagai Karaeng Matoaya serta penguasa Goa I Manga’rangi yang kemudian bergelar Sultan Alauddin, telah mengubah peta politik di Sulawesi Selatan.

Untuk sementara, kekuatan Bugis Makassar menjadi satu kekuatan baru untuk melawan orang kafir ketika Soppeng dan Sidenreng memeluk Islam tahun 1609, Wajo 1610 dan akhirnya Bone pada tahun 1611.

Perkembangan berikutnya sepanjang abad ke-17, menempatkan Soppeng pada beberapa perubahan keputusan politik ketika persaingan Bone dan Goa semakin menguat.

Jauh sebelum perjanjian Timurung yang melahirkan persekutuan Tellumpocco, sebenarnya Soppeng sudah berada di pihak kerajaan Goa dan terikat dengan perjanjian Lamogo antara Goa dan Soppeng. Persekutuan Tellumpocco sendiri lahir atas “restu” Goa.

Namun, ketika terjadi gejolak politik antara Bugis dan Makassar disebabkan oleh gerakan yang dipelopori oleh Arung Palakka dari Bone, Soppeng sempat terpecah dua ketika Datu Soppeng, Arung Mampu, dan Arung Bila bersekutu dengan Bone pada tahun 1660 sementara sebagian besar bangsawan Soppeng yang lain menolak perjanjian di atas rakit di Atappang itu.

Perumusan Hari Jadi Soppeng

Soppeng yang memiliki sejarah cemerlang dimasa lalu, dengan memperhatikan berbagai masukan agar penempatan Hari Jadi Soppeng, diadakan seminar karena kurang tepat bila dihitung dari saat dimulainya Pelaksanaan Undang-undang Darurat Nomor 04 Tahun 1957.

Sebab jauh sebelumnya didalam lontara, Soppeng telah mengenal sistem Pemerintahan yang Demokrasi dibawah kepemimpinan Raja dan Datu.

Maka dilaksanakanlah Seminar Sehari pada Tanggal 11 Maret 2000, yang dihadiri oleh para pakar, Budayawan, Seniman, Ahli Sejarah, Tokoh Masyarakat, AlimUlama, Generasi Muda dan LSM, dimana disepakati bahwa hari Jadi Soppeng dimulai sejak Pemerintahan TO MANURUNGNGE RI SEKKANYILI atau LATEMMAMALA tahun 1261.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan backward counting, dan mengusulkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Soppeng untuk dibahas dalam Rapat Paripurna dan mengesahkan untuk dijadikan salam suatu Peraturan Daerah tentang Hari Jadi Soppeng.

Dari hasil rapat Paripurna Dewan perwakilan Rakyat Daerah kabupaten Soppeng, tanggal 12 Maret 2001 telah menetapkan dan mengesahkan suatu Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng, Nomor 09 Tahun 2001, 12 Maret 2001, bahwa Hari Jadi Soppeng Jatuh pada Tanggal 23 Maret 1261.

Geografi

Soppeng terletak pada depresiasi sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan dengan luas daratan ± 700 km² serta berada pada ketinggian rata-rata antara 100-200 m di atas permukaan laut.

Topografi

Luas daerah perbukitan Soppeng kurang lebih 800 km² dan berada pada ketinggian rata-rata 200 m di atas permukaan laut.

Ibu kota Kabupaten Soppeng adalah kota Watansoppeng yang berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan laut.

Kabupaten Soppeng tidak memiliki wilayah pantai. Wilayah perairan hanya sebagian dari Danau Tempe.

 

Permandian Alam Citta
Permandian Alam Citta (sudirman/tribunsoppeng.com)

Tempat Wisata

Kabupaten Soppeng memiliki tempat-tempat wisata berupa permandian air panas alami yang bernama "LEJJA", permandian mata air "OMPO" dan permandian alam "CITTA".

Lejja berjarak ± 40 Kilometer dari pusat kota, terletak di desa Batu-batu, Kecamatan Marioriawa.

Pemerintahan

Selama periode tahun 2012 hingga 2014, jumlah kecamatan di Soppeng tidak mengalami perubahan, masih berjumlah 8 kecamatan. Pemekaran terakhir terjadi pada tahun 2007 yaitu pada saat terbentuknya Kecamatan Citta. Jumlah desa/kelurahan juga tidak mengalami perubahan yaitu sebanyak 70 desa/kelurahan.

Demikian halnya dengan jumlah dusun dan lingkungan dalam 3 tahun terakhir tercatat masih tetap yaitu berjumlah 163 dusun dan lingkungan.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada instansi daerah maupun instansi vertikal di lingkup pemerintahan Kabupaten Soppeng tercatat meningkat dari 6.964 orang pada tahun 2013 menjadi 7.169 pada tahun 2014.

Kenaikan ini dipengaruhi oleh banyaknya pegawai yang mencapai masa purna bakti dan mutasi pegawai yang kurang seimbang dengan jumlah penerimaan pegawai baru.

Dilihat berdasarkan komposisi pegawai menurut jenis kelamin, terlihat pada periode tahun 2012 hingga 2014 jumlah pegawai perempuan di Soppeng relatif lebih banyak daripada jumlah pegawai laki-laki.

Bahkan pada tahun 2014, jumlah pegawai perempuan mencapai 3.943 orang sedangkan pegawai laki-laki hanya berjumlah 3.226 orang.

Dari segi pendidikan yang ditamatkan, Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Soppeng terlihat mempunyai kualitas yang cukup baik.

Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya persentase jumlah pegawai yang berpendidikan SMU ke bawah, yakni hanya sekitar 13,54 persen.

Pada tahun 2014 tercatat PNS Soppeng sebanyak 11,96 persen adalah tamatan diploma (D1-D3), bahkan lulusan sarjana (D4/S1 dan S2) mencapai 74,49 persen dari total PNS.

Pada tahun 2014, realisasi APBD Kabupaten Soppeng mencapai 846,23 milyar rupiah, angka ini mengalami kenaikan 11,19 persen dibanding tahun 2013.

Sumber pendapatan Kabupaten Soppeng terbesar berasal dari DAU, yang menyumbang sebesar 569,12 milyar rupiah atau sekitar 67,25 persen dari total pendapatan.

Sedangkan PAD hanya menyumbang sebesar 60,34 milyar rupiah atau sekitar 7,13 persen terhadap total pendapatan.

Dari sisi belanja, pada periode 2012-2014 angka belanja daerah mengalami kenaikan hingga13,45 persen.

Kenaikan ini disebabkan naiknya belanja tidak langsung sebesar 485,33 milyar rupiah atau sekitar 5,75 persen dari tahun 2013. Belanja langsung tahun 2014 juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan yaitu sekitar 25,95 persen dibanding tahun 2013.

Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Soppeng tahun 2014 mencapai 225.709 jiwa yang terdiri dari 106.206 laki-laki dan 119.503 perempuan. Angka jumlah penduduk ini mengalami pertumbuhan sekitar 0,087 persen dibanding tahun 2013.

Secara umum jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Soppeng masih lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

Hal ini juga dapat ditunjukkan oleh angka sex ratio Kabupaten Soppeng sebesar 89, artinya untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 89 penduduk laki-laki.

Tingkat kepadatan penduduk Soppeng masih berada dalam angka wajar, tercatat sebanyak 150 penduduk menghuni setiap km2 wilayah Soppeng pada tahun 2014.

Komposisi penduduk Soppeng didominasi oleh penduduk muda. Berdasarkan piramida penduduk disamping persentase penduduk terbanyak berada pada kelompok usia 10-14 tahun.

Apabila dicermati lebih jauh, perbandingan antara persentase jumlah penduduk laki-laki dan perempuan pada setiap kelompok umur didominasi oleh penduduk perempuan.

Presentase penduduk usia kerja di Kabupaten Soppeng tahun 2014 sebesar 65,41%. Angka ketergantungan (dependency ratio) Kabupaten Soppeng sebesar 53 yang berarti untuk setiap 100 orang penduduk berusia kerja (dianggap produktif) menanggung sebanyak 53 orang yang belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi.

Apabila dilihat per kecamatan, pada tahun2014 Marioriwawo menjadi kecamatan dengan penduduk terbanyak di Soppeng mencapai 44.631 jiwa. Kepadatan penduduk tertinggi justru berada di wilayah Kecamatan Liliriaja yang tercatat 283 jiwa tiap km2. Jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Citta.

Kepadatan penduduk terendah terjadi di Kecamatan Marioriawa, yakni hanya 88 jiwa tiap km2. Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan (sex ratio) untuk tiap kecamatan diKabupaten Soppeng seluruhnya bernilai di bawah 100.

Hal ini berarti jumlah penduduk perempuan di tiap kecamatan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki. Angka sex ratio terbesar berada di Kecamatan Lalabata dan Marioriawa, mencapai 92, dan yang terendah berada di Kecamatan Citta sebesar 82.

Ketenagakerjaan

Dari total penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), lebih dari setengah penduduk Soppeng termasuk dalam angkatan kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengalami kenaikan dari 57,22 pada tahun 2013 menjadi 57,59 pada tahun 2014.

Pasar tenaga kerja Soppeng tergambar dari persentase penduduk usia kerja yang bekerja, pada tahun 2014 besarannya juga mengalami kenaikan menjadi 97,57 persen dari 93,44 persen pada tahun 2013.

Sejalan dengan kenaikan tingkat kesempatan kerja, angka pengangguran terbuka Soppeng tahun 2014 mengalami penurunan sekitar 4,13 persen, yakni dari 6,56 persen pada tahun 2013 menjadi 2,43 persen tahun 2014.

Berdasarkan perbandingan menurut tiga sektor utama, pada tahun 2014, pilihan bekerja di sektor pertanian (A) masih mendominasi pasar kerja di Soppeng yaitu sebesar 55,35 persen.

Selanjutnya yang cukup diminati adalah sektor jasa-jasa (S) dengan persentase sebesar 17,19 persen.

Sedangkan pekerja di sektor perdagangan, hotel dan restoran (T) sebanyak 13,08 persen dan sisanya terdistribusi ke sektor-sektor lainnya. Komposisi tersebut tampaknya tidak banyak mengalami perubahan selama kurun waktu 2012-2014.

Arti Lambang

Lambang Daerah Kabupaten Soppeng terdiri dari 3 (tiga) bagian yang menggambarkan unsur-unsur sejarah,kebudayaan dan ekonomi yang keseluruhannya merupakan bagian mutlak yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yaiyu:

1. Burung Kakatua, memegang padi,jagung daun tembbakau dan daun kapas.

2. Lukisan “Karawi”” dengan ukiran tengah kembang bertajuk bunga 5 (lima) serta ukiran pinggir kata-kata berbahasa daerah berbunyi “Äde, Rapang, Bicara, Wari dan Sara“

3. Semboyang dalam huruf lontara berbunyi “Dongiri temmatipa Salipuri temmadinging, Wesse temmakapa”

VISI

"PEMERINTAHAN YANG MELAYANI & LEBIH BAIK"

- Pemerintahan adalah menggunakan kewenangan, ekonomi, politik, dan administrasi guna mengelola urusan yang menjadi kewenangannya. karena pada hakekatnya pemerintahan adalah melayani rakyatnya;

- Melayani di maksudkan untuk mendahulukan kepentingan umum, mempermudah urusan rakyat, mempersingkat waktu proses pelaksanaan urusan rakyat;

- Lebih baik dimaksudkan bahwa penyelenggaraan pemerintahan dengan prinsip partisipatif aktif, transparansi, responsive , musyawarah mufakat, berkeadilan, efektif dan ekonomis serta akuntabilitas.

MISI

7 TEKAD PEMERINTAHAN YANG MELAYANI

Memantapkan arah kebijakan pertanian yang melayani dan pro petani;

Mewujudkan pendidikan unggul ( lebih baik ) dan murah serta berkeadilan bagi semua warga;

Menjadikan Kabupaten Soppeng yang lebih baik dalam pelayan publik;

Menata kepariwisataan dan transportasi publik yang baik dan nyaman;

Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dari korupsi;

Menjamin ketersediaan sistem pelayanan kesehatan unggul ( lebih baik ) dan murah;

Mendorong peningkatan kehidupan beragama serta partisipasi pemuda dan perempuan dalam pembangunan.

2 TEKAD MENJADIKAN SOPPENG LEBIH BAIK

Menjadikan Kabupaten Soppeng sebagai pilar utama pembangunan Sulawesi Selatan;

Menjadikan Kabuptaen Soppeng sebagai daerah yang nyaman dan terdepan dalam investasi.

Informasi Detail:

Nama: Kabupaten Soppeng

Provinsi: Sulawesi Selatan

Dasar hukum: UU No. 29 Tahun 1959

Ibu kota: Watansoppeng

APBD: - APBD -

- DAU Rp. 517.805.122.000.-(2013)

Luas: 1.500 km2

Populasi:

- Total 223.826 jiwa (2010)

- Kepadatan 149,22 jiwa/km2

Demografi

- Kode area telepon: 0484

Pembagian administratif

- Kecamatan: 8

- Kelurahan: 70

Simbol khas daerah

- Flora resmi: -

- Fauna resmi: Kakatua Jambul Kuning

Situs web: //www.soppengkab.go.id/

Gunung-gunung yang ada di wilayah Kabupaten Soppeng menurut ketinggiannya adalah sebagai berikut:

Gunung Nene Conang 1.463 m

Gunung Laposo 1000 m

Gunung Sewo 860 m

Gunung Lapancu 850 m

Gunung Bulu Dua 800 m

Gunung Paowengeng 760 m

Batas wilayah

Utara: Kabupaten Sidenreng Rappang

Timur: Kabupaten Wajo dan Kabupaten Bone

Selatan: Kabupaten Bone

Barat: Kabupaten Barru

Wilayah Kabupaten Soppeng dibagi menjadi 8 kecamatan, yaitu:

  1. Citta
  2. Donri-Donri
  3. Ganra
  4. Lalabata
  5. Lili Riaja
  6. Lili Rilau
  7. Mario Riawa
  8. Mario Riwawo

-

Ikuti kami di
33 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved