Nurdin Abdullah Lakukan Napak Tilas di Kota yang Pernah Jadi Saksi Pertumbuhannya Semasa Kecil

Bagi masyarakat Sulawesi Selatan. pasti tidak asing lagi dengan sosok Nurdin Abdullah.

TribunTimur/Saldy Irawan
Nurdin Abdullah 

TRIBUNTIMURWIKI.COM - Bagi masyarakat Sulawesi Selatan pasti tidak asing lagi dengan sosok Nurdin Abdullah.

Nurdin Abdullah merupakan orang nomor satu di Sulawesi Selatan. 

Lahir di kota Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 07 November 1963, Nurdin Abdullah merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Ayah Nurdin berasal dari Kabupaten Bantaeng (Butta Toa') yang merupakan keturunan Raja Bantaeng ke-27.

Sedangkan ibunya dalam keseharian menjadi ibu rumah tangga (IRT) dan berasal dari Soppeng.

Nurdin Abdullah menikah dengan Ir. Hj. Liestiaty F. Nurdin, M. Fish pada tanggal 11 Januari 1986 dan telah dikaruniai 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki.

Nurdin Abdullah semasa SMA tinggal di Jl Kalumpang bersama kedua orangtua Karaeng Abdullah dan saudara-saudaranya.

Bupati Bantaeng dua periode ini menyapa teman kecil semasa tinggal di Kalumpang selama napak tilas.

Dikutip TribunTimurWiki dari Tribun Timur, Nurdin Abdullah melakukan napak tilas di tempat yang menjadi saksi pertumbuhannya.

"Hari ini saya hadir di Pongtiku. Kita banyak yang tidak kenal karena perubahan wajah. Ini ada Rasyid, teman main saya dulu, " jelas Nurdin Abdullah, via rilis ke tribun-timur.com, Sabtu (7/4).

Nurdin dalam napak tilas menelusuri jalan dan lorong berjumpa Haji Badiu, yang belakangan jadi pengusaha emas, Rahmatiah Puang Lembang, Basir, dan masih banyak lagi teman kecil yang disapa.

Mendampingi Prof Nurdin Abdullah adalah pengurus PKS, pengurus PAN, dan pengurus PDIP.

"Di sini ada pengurus partai kerja siang malam. Ada juga relawan yang juga kerja siang malam. Atas kerja keras semua pihak alhamdulillah hasil survei bulan ini kita menang telak di Makassar dan Sulsel bagian selatan," jelas Prof Nurdin Abdullah disambut tepuk tangan meriah.

Saat napak tilas, beberapa teman semasa kecil Prof Nurdin Abdullah, Basir mengatakan, kalau Prof Nurdin Abdullah yang jadi gubernur, warga kalumpang tentu ikut bangga.

Masa Kecil di Soppeng

Di sela kunjungan kerjanya di Kabupaten Sidrap dan Soppeng selama dua hari, bersilaturahmi dan memberikan arahan kepada ASN, Gubernur Sulawesi-Selatan menyempatkan diri untuk singgah di Desa Bulue, Kecamatan Mario Riawa, Kabupaten Soppeng, Kamis (21/11/2018).

Desa ini juga merupakan letak objek wisata permandian air panas Lejja. Jika selama ini NA identik dengan Kabupaten Bantaeng tempatnya mengabdi sebagai bupati dan di Kota Parepare sebagai tempat kelahirannya.

Di Soppeng saat bertemu warga dan keluarga besarnya mengatakan kembali ke kampung halaman.

"Saya, pertama minta maaf setelah dilantik gubernur baru bisa datang. Sebenarnya istri saya gelisah terus, saya ini belum pulang kampung setelah dilantik. Dan pasti keluarga besar kita sudah menunggu di Marioriawa, di Desa Bulue dan seluruh keluarga kita yang ada di sini," kata Nurdin Abdullah, via rilis ke tribun-timur.com.

Ia menceritakan masa kecilnya, masa kuliah, bertemu istri, menjadi bupati hingga menjadi gubernur.

Cerita yang disampaiakan saat masa kecil adalah menangkap ikan, mencari jambu di kebun. Termasuk cerita saat menempuh pendidikan sekolah dasar. Ia berjalan kaki dari SD Negeri (48) Lattapareng, Jalan Batu Batu Latapparen, Botto, Lalabata, Lalabata Rilau ke Lejja, jaraknya sekira 44 Km jika berjalan kaki membutuhkan waktu sekira 8 jam.

"Saya mengingat betul bagaimana saya hidup di Soppeng ini, dari kecil mulai dari TK dan SD kalau sekarang sudah banyak angkutan, saya pernah jalan kaki dari SD Latappareng, jalan kaki ke sini (Lejja), memang sebuah ujian yang berat," ucapnya.

Ayah Nurdin Abdullah berasal dari Bantaeng, adalah seorang TNI, karena itulah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri (SDN) selalu berpindah-pindah sekolah karena harus mengikuti ayahnya yang kerap berpindah tugas dari satu daerah ke daerah lain sedangkan Ibunya berasal dari Kabupaten Soppeng.

"Bapak Saya seorang tentara asli Bantaeng, Ibu kelahiran di sini Poro, Bapak menjadi Danramil kalau sekarang," ujarnya.

Selain warga sekitar, hadir juga mahasiswa KKN dari UIN Makassar dalam acara silaturahmi bersama gubernur tersebut. Dihadapan mereka, NA memotivasi untuk menempuh pendidikan sebaik mungkin.

Bukan hanya itu, NA menceritakan pertemuannya dengan istri, Liestiaty F Nurdin. Ia mengungkapkan menikah saat masih mahasiswa, menikahi anak Rektor Unhas saat itu, Professor Fachrudin.

"Alhamdullilah bisa sekolah tinggi, bisa membahagiakan anaknya Professor Fachrudin, jadi istri saya ini istri perjuangan, saya menikah masih mahasiswa, saya dulu menikah waktu mahasiswa. Pacar saya ini, bapaknya seorang Rektor Unhas, jadi dapat dispensasi bisa cepat selesai," beber NA yang mendapat tepuk tangan dari para mahasiswa.

Imbuhnya, yang lebih mengagetkan lagi, kata Nurdin, saat Ia menikah tanpa "uang panaik". Uang panaik adalah berupa uang yang harus disiapkan oleh calon suami untuk dipersembahkan kepada gadis yang akan dilamarnya.

"Kita nikah tidak ada uang panai, itu hebatnya, makanya, rahasianya, kalau mau tidak ada uang panai jangan pacari anaknya, pacari orang tuanya, itu rahasianya. Kalau malam minggu bukan duduk sama pacar, tetapi sama calon mertua, kita bujuk terus akhirnya, wah dia pasti mengatakan baik ini calon menantu saya," lanjutnya.

Kemudahan dalam urusan menjodohkan pun terapkan pada anaknya.

"Ternyata tanpa uang panaik bisa bahagia, tapi mahar itu penting dan perlu, tetapi uang panaik tidak wajib. Saya menikahkan anak saya juga yang perempuan itu tidak pakai uang panaik, karena kita ingin anak kita bahagia," ucapnya.

Lanjutnya, menjadi gubernur adalah kebahagian bagi dirinya, bisa membanggakan kelaurga besar.

"Saya sungguh berbahagia, bisa ketemu keluarga besar saya di sini. Saya juga merindukan ibu saya di sini, tetapi Allah lebih mencintai, kedua-duanya sudah dipanggil," sebut NA.

Diakhir sambutannya, yang didampingi istri, NA meminta agar didoakan bisa membawa Sulsel maju dan menjadi provinsi yang lebih baik.

Ingin Membahagiakan Orangtua

Dikutip dari Tribun Timur rilis tahun 2019, Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah berbaur dengan ribuan anak yang hadir dalam Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2019, yang berlangsung di Lapangan Karebosi, Jl Jend Ahmad Yani, kota Makassar, Selasa (23/7/2019)

Saat itu, Nurdin mengisahkan, sewaktu ia kecil dirinya bercita-cita agar bisa membahagiakan orangtua, dan bangga kepada dirinya.

Untuk bahagiakan orangtua, Nurdin Abdullah kecil rajin belajar, dan disiplin.

"Mau sukses dengar dan nurut orang tua. Saya seperti ini (jadi Gubernur) karena rajin belajar," ujar Nurdin, disaksikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Susana Yembise.

Terkait pelaksanaan HAN 2019, Gubernur merasa bangga dan apresiasi kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mempercayakan Sulsel sebagai tuan rumah Pelaksanaan Festival Anak Nasional yang dirangkaikan dengan Peringatan Hari Anak Nasional 2019.

Menurutnya interaksi antar anak yang datang dari seluruh Indonesia di Makassar ini akan membawa nilai positif bagi perkembangan anak Indonesia.

"Mereka anak-anak kita harus dipersiapkan secara baik-baik agar tumbuh menjadi generasi yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa," jelas Nurdin Abdullah.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas PPPA Sulsel, Askari mengatakan bahwa acara ini dihadiri 1500 anak yang datang dari seluruh Indonesia.

"Alhamdulillah, puncak hari HAN usai, dan berjalan dengan lancar. Kami apresiasi kepada seluruh pihak atas kerjasamanya sehingga kegiatan ini berjalan lancar," Askari, menambahkan.

Nurdin Abdullah lahir di kota Parepare, Sulawesi Selatan pada tanggal 07 November 1963.

Prof Nurdin Abdullah merupakan anak pertama dari enam bersaudara.

Ayahnya berasal dari Kabupaten Bantaeng ( Butta Toa') dan merupakan keturunan Raja Bantaeng ke-27.

Sedangkan ibunya dalam keseharian menjadi ibu rumah tangga (IRT) dan berasal dari Soppeng.

Ia menikah dengan Ir. Hj. Liestiaty F. Nurdin, M. Fish pada tanggal 11 Januari 1986 dan telah dikaruniai 1 anak perempuan dan 2 anak laki-laki.

Nurdin Abdullah semasa SMA tinggal di Jl Kalumpang bersama kedua orangtua Karaeng Abdullah dan saudara-saudaranya.

Bupati Bantaeng dua periode ini menyapa teman kecil semasa tinggal di Kalumpang selama napak tilas. Napak Tilas Kalumpang start di Warkop PAP Jl Pongtiku.

"Hari ini saya hadir di Pongtiku. Kita banyak yang tidak kenal karena perubahan wajah. Ini ada Rasyid, teman main saya dulu, " jelas Nurdin Abdullah, via rilis ke tribun-timur.com,Sabtu (7/4).

Nurdin dalam napak tilas menelusuri jalan dan lorong berjumpa Haji Badiu, yang belakangan jadi pengusaha emas, Rahmatiah Puang Lembang, Basir, dan masih banyak lagi teman kecil yang disapa.

Mendampingi Prof Nurdin Abdullah adalah pengurus PKS, pengurus PAN, dan pengurus PDIP.

"Di sini ada pengurus partai kerja siang malam. Ada juga relawan yang juga kerja siang malam. Atas kerja keras semua pihak alhamdulillah hasil survei bulan ini kita menang telak di Makassar dan Sulsel bagian selatan," jelas Prof Nurdin Abdullah disambut tepuk tangan meriah.

Saat napak tilas, beberapa teman semasa kecil Prof Nurdin Abdullah, Basir mengatakan, kalau Prof Nurdin Abdullah yang jadi gubernur, warga kalumpang tentu ikut bangga.

Masa Kecil di Soppeng

Di sela kunjungan kerjanya di Kabupaten Sidrap dan Soppeng selama dua hari, bersilaturahmi dan memberikan arahan kepada ASN, Gubernur Sulawesi-Selatan menyempatkan diri untuk singgah di Desa Bulue, Kecamatan Mario Riawa, Kabupaten Soppeng, Kamis (21/11/2018).

Desa ini juga merupakan letak objek wisata permandian air panas Lejja. Jika selama ini NA identik dengan Kabupaten Bantaeng tempatnya mengabdi sebagai bupati dan di Kota Parepare sebagai tempat kelahirannya.

Di Soppeng saat bertemu warga dan keluarga besarnya mengatakan kembali ke kampung halaman.

"Saya, pertama minta maaf setelah dilantik gubernur baru bisa datang. Sebenarnya istri saya gelisah terus, saya ini belum pulang kampung setelah dilantik. Dan pasti keluarga besar kita sudah menunggu di Marioriawa, di Desa Bulue dan seluruh keluarga kita yang ada di sini," kata Nurdin Abdullah, via rilis ke tribun-timur.com.

Ia menceritakan masa kecilnya, masa kuliah, bertemu istri, menjadi bupati hingga menjadi gubernur.

Cerita yang disampaiakan saat masa kecil adalah menangkap ikan, mencari jambu di kebun. Termasuk cerita saat menempuh pendidikan sekolah dasar. Ia berjalan kaki dari SD Negeri (48) Lattapareng, Jalan Batu Batu Latapparen, Botto, Lalabata, Lalabata Rilau ke Lejja, jaraknya sekira 44 Km jika berjalan kaki membutuhkan waktu sekira 8 jam.

"Saya mengingat betul bagaimana saya hidup di Soppeng ini, dari kecil mulai dari TK dan SD kalau sekarang sudah banyak angkutan, saya pernah jalan kaki dari SD Latappareng, jalan kaki ke sini (Lejja), memang sebuah ujian yang berat," ucapnya.

Ayah Nurdin Abdullah berasal dari Bantaeng, adalah seorang TNI, karena itulah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri (SDN) selalu berpindah-pindah sekolah karena harus mengikuti ayahnya yang kerap berpindah tugas dari satu daerah ke daerah lain sedangkan Ibunya berasal dari Kabupaten Soppeng.

"Bapak Saya seorang tentara asli Bantaeng, Ibu kelahiran di sini Poro, Bapak menjadi Danramil kalau sekarang," ujarnya.

Selain warga sekitar, hadir juga mahasiswa KKN dari UIN Makassar dalam acara silaturahmi bersama gubernur tersebut. Dihadapan mereka, NA memotivasi untuk menempuh pendidikan sebaik mungkin.

Bukan hanya itu, NA menceritakan pertemuannya dengan istri, Liestiaty F Nurdin. Ia mengungkapkan menikah saat masih mahasiswa, menikahi anak Rektor Unhas saat itu, Professor Fachrudin.

"Alhamdullilah bisa sekolah tinggi, bisa membahagiakan anaknya Professor Fachrudin, jadi istri saya ini istri perjuangan, saya menikah masih mahasiswa, saya dulu menikah waktu mahasiswa. Pacar saya ini, bapaknya seorang Rektor Unhas, jadi dapat dispensasi bisa cepat selesai," beber NA yang mendapat tepuk tangan dari para mahasiswa.

Imbuhnya, yang lebih mengagetkan lagi, kata Nurdin, saat Ia menikah tanpa "uang panaik". Uang panaik adalah berupa uang yang harus disiapkan oleh calon suami untuk dipersembahkan kepada gadis yang akan dilamarnya.

"Kita nikah tidak ada uang panai, itu hebatnya, makanya, rahasianya, kalau mau tidak ada uang panai jangan pacari anaknya, pacari orang tuanya, itu rahasianya. Kalau malam minggu bukan duduk sama pacar, tetapi sama calon mertua, kita bujuk terus akhirnya, wah dia pasti mengatakan baik ini calon menantu saya," lanjutnya.

Kemudahan dalam urusan menjodohkan pun terapkan pada anaknya.

"Ternyata tanpa uang panaik bisa bahagia, tapi mahar itu penting dan perlu, tetapi uang panaik tidak wajib. Saya menikahkan anak saya juga yang perempuan itu tidak pakai uang panaik, karena kita ingin anak kita bahagia," ucapnya.

Lanjutnya, menjadi gubernur adalah kebahagian bagi dirinya, bisa membanggakan kelaurga besar.

"Saya sungguh berbahagia, bisa ketemu keluarga besar saya di sini. Saya juga merindukan ibu saya di sini, tetapi Allah lebih mencintai, kedua-duanya sudah dipanggil," sebut NA.

Diakhir sambutannya, yang didampingi istri, NA meminta agar didoakan bisa membawa Sulsel maju dan menjadi provinsi yang lebih baik.

Kehidupan Pribadi

Dikutip dari Tribun Timur rilis 2019, Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah berbaur dengan ribuan anak yang hadir dalam Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2019, yang berlangsung di Lapangan Karebosi, Jl Jend Ahmad Yani, kota Makassar, Selasa (23/7/2019)

Saat itu, Nurdin mengisahkan, sewaktu ia kecil dirinya bercita-cita agar bisa membahagiakan orangtua, dan bangga kepada dirinya.

Untuk bahagiakan orangtua, Nurdin Abdullah kecil rajin belajar, dan disiplin.

"Mau sukses dengar dan nurut orang tua. Saya seperti ini (jadi Gubernur) karena rajin belajar," ujar Nurdin, disaksikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Susana Yembise.

Terkait pelaksanaan HAN 2019, Gubernur merasa bangga dan apresiasi kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mempercayakan Sulsel sebagai tuan rumah Pelaksanaan Festival Anak Nasional yang dirangkaikan dengan Peringatan Hari Anak Nasional 2019.

Menurutnya interaksi antar anak yang datang dari seluruh Indonesia di Makassar ini akan membawa nilai positif bagi perkembangan anak Indonesia.

"Mereka anak-anak kita harus dipersiapkan secara baik-baik agar tumbuh menjadi generasi yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa," jelas Nurdin Abdullah.

Sementara itu, Plt Kepala Dinas PPPA Sulsel, Askari mengatakan bahwa acara ini dihadiri 1500 anak yang datang dari seluruh Indonesia.

"Alhamdulillah, puncak hari HAN usai, dan berjalan dengan lancar. Kami apresiasi kepada seluruh pihak atas kerjasamanya sehingga kegiatan ini berjalan lancar," Askari, menambahkan.

--

(TRIBUNTIMURWIKI.COM/Desi Triana Aswan)

Sumber: Tribun Timur
Ikuti kami di
44 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved