Mengenal Dua Jenis Masker Penangkal Virus dan Cara Penggunaannya

Saat masyarakat dibuat khawatir dengan menyebarnya virus corona. Virus yang awalnya diketahui berasal dari Wuhan, China tersebut membawa momok ketaku

Dokumen Pribadi
Dr H Wachyudi Muchsin SH 

TRIBUNTIMURWIKI.COM - Saat ini masyarakat dibuat khawatir dengan menyebarnya virus corona.

Virus yang awalnya diketahui berasal dari Wuhan, China tersebut disebut membawa momok ketakutan bagi seluruh warga dunia.

Terlebih di Indonesia, yang memiliki satu kawasan dengan China dan negara Asia.

Apalagi diketahui virus corona juga dapat menyebar melalui udara.

Sehingga masyarakat mengantisipasinya mengenakan masker sehingga hidung tak dapat menghirup langsung udara.

Namun, dengan merebaknya virus corona ini membuat masker semakin langka di Indonesia.

Tak hanya itu, dari pantauan Tribun Timur beberapa jenis masker melonjak naik berkali-kali lipat.

Tapi, tahu kah kamu jenis masker apa saja yang bisa dikenakan untuk menangkal virus?

Jangan sampai salah membeli masker ya, berikut yang diuraikan dr H Wachyudi Muchsin SH
sekaligus Humas Ikatan Dokter Indonesia Kota Makassar:

1. Masker Bedah

Jenis masker ini banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya.

Meskipun para tim medis menggunakan masker ini untuk operasi atau keperluan medis lainnya.

Jenis masker ini sangat mudah ditemukan di apotik dengan harga yang relatif murah per dusnya antara Rp 25 ribuan saja.

Menurut dr Wahyudin, banyak orang menggunakan masker bedah sebagai masker antipolusi.

"Padahal, masker bedah memiliki lapisan penyaring yang lebih sedikit ketimbang simple mask (masker polusi)," jelasnya kepada Tribun Timur, beberapa waktu lalu.

Sebenarnya, maker bedah ini berfungsi untuk menghambat penyebaran infeksi, bukan penyaring udara.

Oleh sebab itu, ketika berada di luar ruangan dan menggunakannya sebagai masker antipolusi, tentu tak seefektif respirator atau simple mask.

Masker bedah ini bisa membantu memblokir butiran partikel besar dan percikan dari mulut dan hidung pemakai.

Selain itu, masker ini juga bisa mengurangi paparan air liur dan sekresi pernapasan dari pemakai ke orang lain.

Lalu, bagaimana cara menggunakan masker ini?

"Simpel kok caranya. Pertama, pasang masker menutupi hidung dan mulut, lalu kaitkan tali ke telinga. Kemudian, tarik bagian bawah masker sampai menutupi bawah dagu. Selanjutnya, tekan bagian atas masker pada bagian hidung, sehingga rapat dan nyaman dipakai," jelasnya.

2. Masker Respirator (N95)

Masker respirator merupakan masker yang dibuat khusus untuk pernapasan.

Masker ini juga disebut sebagai masker N95.

Jika mengingat kebakaran hutan yang terjadi di Kalimantan pada tahun 2019, masker N95 ini banyak digunakan untuk menangkal masuknya asap secara langsung ke tubuh melalui hidung.

Masker ini berbeda dengan kedua masker bedah.

Meski sama-sama didesain untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri, N95 dirancang secara pas menutupi wajah.

Tak cuma itu, masker ini juga dilengkapi dengan alat yang efisien untuk menyaring partikel berbahaya, bahkan dengan ukuran kecil sekalipun.

Kode N95 menunjukkan masker ini bisa menyaring partikel PM 2.5 (Particulate matter) hingga 95 persen.

"Nah, inilah sebabnya masker ini sering diandalkan untuk mereka yang bekerja meneliti di sekitar zat berbahaya atau saat menangani asap akibat kebakaran hutan," katanya.

Lalu, bagaimana cara penggunaan masker ini?

"Langkah pertama letakkan masker di satu tangan, lalu tempelkan di atas mulut dan hidung dengan bagian depan di telapak tangan. Pastikan tepat di hidung dan mulut serta bagian bawah harus berada di bawah dagu.

Lalu, pastikan hanya menyentuh bagian luar dan tepi masker agar tetap bersih. Setelah itu, tarik tali bagian bawah dan atas melewati kepala. Tali bagian bawah harus disesuaikan dengan leher dan tepat di bawah telinga. Setelah itu, tarik tali bagian atas dan letakkan di atas telinga," tuturnya.

Jika masker memiliki nosepiece, sambungnya, rekatkan di bagian jembatan hidungmu.

"Sebenarnya penggunaan masker N95 dalam jangka waktu yang lama, lebih dianjurkan daripada penggunaan yang berulang-ulang (reuse). Sebab, penggunaan yang lama melibatkan sentuhan respirator yang lebih sedikit, sehingga risiko penularan kontak lebih sedikit," pungkasnya.

--

(TRIBUNTIMURWIKI.COM/Desi Triana Aswan)

Ikuti kami di
295 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved