Puasa Ditengah Pandemi Covid-19 Ternyata Punya Banyak Manfaat untuk Tubuh, Ini Penjelasan Dokter
Saat Ramadhan, umat Muslim wajib melaksanakan puasa dan berlomba-lomba beribadah meskipun di tengah wabah Covid-19 seperti saat ini.
Penulis: Nur Fajriani R | Editor: Dinar Fitra Maghiszha
TRIBUNTIMURWIKI.COM - Kedatangan Bulan Suci Ramadhan tinggal menghitung hari.
Saat Ramadhan, umat Muslim wajib melaksanakan puasa dan berlomba-lomba beribadah meskipun di tengah wabah Covid-19 seperti saat ini.
Apa kata dokter orang yang berpuasa di tengah pandemi corona?
Bentuk puasa ramadhan merupakan puasa jenis intermittent fasting (puasa intermittent) dengan jendela atau jangka menahan lapar 13-14 jam dan dilakukan selama kurang lebih 30 hari berturut-turut selama bulan Ramadan.
Hal tersebut disampaikan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (UMI) dr Achmad Harun Muchsin,SpN saat dihubungi Tribun Timur, Rabu (22/4/2020).
Dokter Achmad Harun Muchsin,SpN mengatakan puasa dengan metode intermittent fasting, secara ilmiah telah direkomendasikan oleh banyak ahli.
“Penelitian terbaru yang dipublikasikan oleh Jurnal of Proteomics, Elsevierpada 15 April 2020 oleh Mindikoglu dkk di Baylor College of Medicine, Houston, TX, Amerika Serikat melaporkan bahwa puasa intermittent yang dilakukan mulai matahari terbit sampai matahari terbenam selama 30 hari ternyata merangsang protein-protein yang memperbaiki DNA dan sistem imun,” katanya.
Dengan meningkatkan ekspresi ASGR2, subunit reseptorasialogylcoprotein, yang merupakan protein immmunoregulator pada hati yang memegang peranan penting dalam pembersihan debris sel apoptosis (kematiansel yang terprogram).
Selain itu, kata dr Harun puasa intermittent mampu memperbaiki keseimbangan mikrobiota (kuman-kuman baik dalam usus) dimana mikrobiota mempengaru himetabolisme tubuh, termasuk daya tahan tubuh.
“Hal ini juga didukung oleh banyak hasil penelitian, salah satunya yang dilaporkan oleh Patterson dan Dorothy, peneliti dari Moores Cancer Center, University of California, Amerika Serikat pada jurnal Annual Review of Nutritiontahun 2017 yang melaporkan bahwa keseimbangan mikrobiota sangat terpengaruh oleh polamakan,” jelas dr Harun.
Pola makan yang tidak sehat, baik itu karena ketidakseimbangan nutrisi ataupun waktu-waktu makan yang salah, akan menurunkan keseimbangan mikrobiotaatau disebut disbiosis.
Usus memiliki waktu biologis atau disebut sebagai iramasirkardian, di mana pengosongan lambung maksimal terjadi pada siang hari.
Maka berpuasa pada saat matahari terbit sesuai dengan irama sirkardian tubuh manusia akan mampu mengoptimalkan fungsi metabolism tubuh termasuk sistem imun.
Manfaat berpuasa intermitten mulai dari terbit sampai tenggelamnya matahari selama 30 hari berturut-turut selain baik bagi sistem imun juga dilaporkan dapat memperbaiki metabolism tubuh sehingga mampu mengatasi obesitas, diabetes, dan sindrom metabolic serta mencegah pikun (penyakitAlzheimer) dan gangguan neuropsikiatri.
Maka dari itu, dr Harun mengatakan masa pandemi Covid-19 ini tidak menghalangi kita untuk berpuasa di bulan Ramadhan.
“Mari memanfaatkan sebesar-sebesarnya bulan Ramadhan ini. Namun kita harus tetap jarak dengan tidak berkumpul dengan banyak orang, tidak memasuki daerah wabah, tidak keluar dari daerah wabah dan rajin mencuci tangan,” jelasnya.
• UNM Buka Konsultasi Psikologi Online Gratis untuk Warga yang Terdampak Covid-19

Dengan kondisi pembatasan sosial di bulan Ramadhan, kata dr Harun manusia memiliki peluang agar lebih memaksimalkan ibadah, baik memperbaiki hubungan dengan Allah maupun antarmanusia
“Semoga bulan Ramadhan menjadi solusi umat dalam memenangkan perang melawan pandemi covid19. MarhabanYa Ramadhan,” pungkasnya.
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!