TRIBUNTIMURWIKI.COM - Bambang Ramadan adalah satu di antara anak muda yang memiliki keterbatasan.
Ia membagikan masa kecilnya kepada awak Tribun Timur, Senin (3/2/2020).
Sama seperti anak-anak pada umumnya, Bambang Ramadan kecil menjalaninya dengan bahagia.
Meski terkadang juga memiliki kenangan pahit seperti menjadi korban bullyan para teman-temannya.
"Masa kecil saya penuh kenangan. Ada senang dan juga sedihnya," jelasnya via Whatsapp kepada Tribun Timur.
Bambang Ramadan yang kini bekerja di Bali itu mengungkapkan tak ingin mengenang masa sedihnya saat kecil.
"Lebih banyak senangnya," jelasnya.
Hampir setiap harinya, Bambang bermain bersama teman-temannya.
Meskipun memiliki keterbatasan sejak kecil, ia tak pernah malu dan tetap percaya diri bermain bersama teman-temannya tersebut.
"Saya tak bisa mendengarkan mereka, saya lambat bicara, bahkan saya tak mengerti apa yang menjadi pembahasan mereka," jelasnya.
Meski demikian, sang Ibu, Sri Kartini tetap mendukung sang anak.
"Ibu saya mengajarkan saya bahasa oral melalui visual dan menulis dan beberapa kata bahasa di rumah," jelasnya.
Bambang Ramadan melihat kerja keras kedua orang tuanya untuk bisa menjadikannya tumbuh seperti anak pada umumnya meski memiliki keterbatasan.
Ia tuli, namun orang tuanya tak pernah memperlakukannya seperti anak yang memiliki keterbatasan.
"Saya mengikuti apa yang mereka selalu kerjakan seperti tanam padi di sawah, tanam biji jagung, dan tanam daun nilam untuk produksi parfum," katanya.
Nilai-nilai kerja keras itulah yang ditanamkan orang tua Bambang Ramadan sejak masih kecil.
"Karena merekalah saya tak pantang menyerah untuk melakukan yang terbaik," jelasnya.
Orangtuanya pun memasukkan Bambang Ramadan di SD dan SMP pada umumnya dan sang Ibu selalu mendampinginya.
"Jadi mama itu selalu ada," katanya.
Ia pun dimasukkan ke SMA SLB Negeri Pembina Makassar.
Itulah pertama kali seorang Bambang Ramadan masuk dalam dunia tuli.
--
(TRIBUNTIMURWIKI.COM/Desi Triana Aswan)