Internasional
Suhu Udara Terlalu Panas, Qatar Pasang Pendingin Udara di Trotoar dan Pasar-pasar
Qatar, negara dengan suhu panas ekstrem mulai memasang pendingin udara di beberapa fasilitas publik
Penulis: Dinar Fitra Maghiszha | Editor: Dinar Fitra Maghiszha
Dilaporkan oleh Bank Dunia, Qatar merupakan negara dengan penghasilan emisi gas rumah kaca per kapita terbesar di dunia.
Angka ini tiga kali lebih banyak dari Amerika Serikat dan hampir enam kali lebih banyak dari Cina.
Baca: Kisah Soekarno Suruh Hoegeng Ganti Nama, Hoegeng Menolak: Pembantu Saya Namanya Soekarno
Penyebab utamanya adalah Qatar menggunakan sekitar 60 persen listriknya untuk mendinginkan udara.
Sedangkan di Cina dan India, penggunaan pendingin udara hanya berkisar kurang dari 10 persen dari total penggunaan listrik.
Dalam Konferensi Pendinginan dan Pemanasan Listrik Internasional, diperkirakan kapasitas pendinginan udara di Qatar beserta emisi yang dihasilkan total mencapai dua kali lipat pada tahun 2030.
Angka ini naik terhitung naik dua kali lipat daripada tahun 2016.
Mohammed Ayoub, direktur peneliti senior di Institut Penelitian Lingkungan dan Energi Qatar mengemukakan bahwa di daerah perkotaan di Qatar diprediksi tidak dapat lagi dihuni.
Yousef al-Horr, selaku pendiri Gulf Organization for Research and Development atau Organisasi Teluk untuk Penelitian dan Pengembangan mengakui apabila pendingin udara dimatikan, maka kegiatan masyarakat tidak berjalan lancar.
"Jika pendingin udara dimatikan, keadaannya akan sangat tak tertahankan. Anda tidak dapat berfungsi secara efektif,” kata Yousef al-Horr.
Baca: Film Dont Breathe, Pencurian di Rumah Lelaki Tua Buta Tayang di Bioskop Trans TV Pukul 21.00
Panas yang mematikan
Ayoub menambahkan bahwa pemasangan pendingin udara relevan dengan kenaikan suhu di negara dengan suhu yang sudah tinggi.
"Kita berbicara tentang kenaikan suhu 4 hingga 6 derajat Celsius di daerah yang suhunya sudah tinggi," kata Ayoub.
Senada dengan Ayoub, Jos Lelieveld, dari Institut Kimia Max Planck di Jerman mengungkapkan bahwa bahaya suhu udara panas lebih disebabkan oleh kelembapan.
Menurutnya apabila kelembapan sangat tinggi, penguapan dari kulit akan melambat atau berhenti.
"Jika udara panas dan lembab, dan kelembaban relatif mendekati 100 persen, Anda bisa mati karena panas yang Anda hasilkan sendiri," kata Jos Lelieveld, dilaporkan Deutsche Welle, (26/10/2019).

Baca: Jika Kawasaki Ninja H2R Diberi Sayap, Apakah Motor Ini Bisa Terbang? Ini Penjelasannya
Riwayat Peningkatan Suhu Udara
Dibandingkan dengan masa pra-industri, beberapa tahun belakangan suhu udara di Qatar telah meningkat lebih dari 2 derajat Celcius.
Peningkatan suhu udara ini disebabkan karena sifat perubahan iklim yang tidak merata.
Selain itu, menurut para ilmuwan, terdapat lonjakan konstruksi yang ikut memengaruhi iklim di ibu kota, Doha, Qatar.
Dilaporkan oleh Deustche Welle yang mengacu pada sebuah siaran di televisi Jerman, terdapat ratusan kematian di kalangan pekerja asing di Qatar dalam beberapa tahun terakhir.
Inilah yang kemudian melahirkan penerapan aturan baru terkait dengan segala pekerjaan yang berlangsung di luar ruangan.
--
(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Dinar Fitra Maghiszha)
Konflik Timur Tengah: Pasukan Turki Paksa Pengungsi Suriah Kembali ke Zona Perang |
![]() |
---|
Unggahan Penistaan Agama di FB Diduga Picu Kerusuhan di Bangladesh, Kuil dan Rumah Warga Dibakar |
![]() |
---|
Seorang Nenek 67 Tahun Melahirkan Bayi Perempuan dengan Selamat, Inilah Proses dan Kondisi Anak |
![]() |
---|
Seekor Anjing Laut Ditembak di Wajah, Pihak Konservasi Siapkan Rp 45 Juta Bagi yang Tahu Pelaku |
![]() |
---|
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!