Fenomena Alam
Mengenal Lebih Dekat Fenomena Hujan Es yang Terjadi di Indonesia
Tercatat daerah yang mengalami fenomena alam ini seperti Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Nganjuk, Jawa Timur.
Apabila angin di dekat permukaan atau di daratan cukup kuat, maka hujan es dapat turun dalam posisi miring.
Dengan dorongan yang kuat, angin yang menghempas bongkahan-bongkahan es yang turun akan dapat menyebabkan beberapa hal berikut:
Hujan es dapat merobek dinding rumah
Memecahkan kaca jendela
Merusak kaca mobil
Menyebabkan cedera pada manusia maupun hewan, paling berbahaya dapat menyebabkan kematian.
Kecepatan jatuhnya hujan es tergantung pada ukuran hujan es, gesekan antara hujan es dan udara di sekitarnya, kondisi angin setempat (baik horizontal maupun vertikal), dan tingkat leleh batu es tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa, hujan es alami turun lebih lambat daripada bola es padat. Untuk hujan es kecil (diameter kurang dari 1 inci), kecepatan jatuh yang diperkirakan adalah antara 9 dan 25 mph.
Untuk hujan es yang biasanya terlihat dalam badai petir yang parah (diameter 1 inci hingga 1,75 inci), kecepatan jatuh yang diperkirakan adalah antara 25 dan 40 mph.
Wilayah berpotensi terjadi hujan es
Jika dilihat dari udara, terbukti bahwa hujan es turun di jalur yang dikenal sebagai petak hujan es. Hal ini terjadi saat badai bergerak saat hujan es turun dan ukurannya berkisar dari beberapa hektar hingga area selebar 10 mil dan panjang 100 mil.
Beberapa badai, alih-alih menghasilkan hujan es yang besar, malah menghasilkan hujan es dalam jumlah yang banyak.
Badai seperti ini telah menghasilkan aliran hujan es yang jika tertangkap di saluran drainase yang tersumbat dapat membentuk tumpukan hujan es sedalam beberapa meter.
Hujan es yang benar-benar menutupi jalan raya sangat berbahaya karena jika cukup dalam, ban kendaraan Anda mungkin tidak dapat menyentuh jalan sama sekali.
Hujan es di Yogyakarta melanda wilayah Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, pada Rabu (3/3/2021).
Saat fenomena itu terjadi, hujan lebat dan disertai angin kencang terjadi bersamaan.
Menurut Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reny Kraningtyas dalam siaran persnya, hujan es bersifat sangat lokal dengan radius sekitar 2 km.
Hujan es ini terjadi sebagai dampak dari pertumbuhan awan Cumulonimbus (Cb).
"Hujan es adalah fenomena alam yang biasa terjadi bersamaan saat hujan lebat," kata Reny. Saat kondisi udara hangat, lembab dan labil, kata Reny, maka pengaruh pemanasan bumi yang intens akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atmosfer.
Selanjutnya, sampai di atmosfer, massa udara tersebut akan mengalami pendinginan. Setelah terjadi kondensasi, maka akan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus (Cb).
Ketika awan sudah masak dan tidak mampu menahan berat uap air, maka hujan lebat akan turun disertai es.
Bongkahan es yang turun ini lalu bergesekan dengan udara, sehingga mencair dan saat sampai ke permukaan tanah ukuran bongkahan es tersebut akan lebih kecil.
Reny menjelaskan bahwa ke depan potensi hujan es masih akan terjadi hingga berakhirnya masa pancaroba pada April mendatang.(*)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!