TRIBUNTIMURWIKI.COM - Suku Bugis adalah suku yang mendiami sebagian besar wilayah di Sulawesi Selatan.
Suku Bugis juga memiliki kebudayan yang unik, mulai dari bahasa, tradisi, hingga perihal kesusastraan.
Suku Bugis juga meninggalkan warisan kesusastraan dalam bentuk peribahasa.
Berikut penjelasan tentang peribahasan ‘Siri’ émmi rionroang ri lino’
Artinya: Hanya siri’ itu sajalah kita tinggal di dunia.
Penjelasan dan Makna
Menurut Pamong Budaya BPNB Sulsel, Faisal, Siri’ merupakan nilai budaya yang menjadi pedoman hidup bagi orang Sulawesi Selatan (Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja).
Siri’ berarti malu, dapat juga berarti harga diri, sekaligus identitas.
Bila seseorang tertimpa rasa malu, maka harga dirinya tercoreng atau hilang.
Orang seperti ini tidak lagi bermakna dalam masyarakat, bahkan dapat disamakan dengan
binatang.
Oleh karena itu, lebih baik mati dari pada hidup tanpa siri’. Itulah prinsip hidup
sekaligus identitas orang Sulawesi Selatan.
Penyebab hilangnya siri’ bagi seseorang dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal disebabkan oleh diri pribadi orang yang bersangkutan, karena melakukan
penyimpangan terhadap nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat.
Perbuatan seperti ini disebut mappakasiri’-siri’ (bikin malu), yang menyebabkan harga diri pribadi dan keluarganya tercoreng atau hilang. Sedangkan faktor eksternal disebabkan oleh orang lain yang biasa disebut ripakasiri’ (dipermalukan).
Bila terjadi seperti ini, maka orang yang dipermalukan akan menegakkan siri’na (harga dirinya) dengan melakukan tindakan sendiri untuk membunuh.
Nyawa sebagai taruhannya, membunuh atau dibunuh.
Orang yang mati demi menegakkan siri’na dianggap sebagai mati terhormat (mate risantangi).
Sekarang ini, siri’ telah mengalami pergeseran. Siri’ bukan lagi harga mati untuk ditegakkan
demi kehidupan di dunia.
Akan tetapi, banyak orang mengejar kehidupan dunia dengan menghalalkan berbagai macam cara, dan mengabaikan siri’.
Akibatnya, banyak orang tercoreng atau hilang harga dirinya karena ulahnya sendiri.
Orang seperti ini bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa, tetapi justru dari kalangan intelektual, pejabat, orang terpandang dan sebagainya.
Sikap dan perbuatannya mencerminkan perilaku tidak jujur (curang), tidak amanah,
tidak disiplin, tidak sopan, tidak rajin (malas), tidak beretos kerja, sombong, dan sebagainya
membuat orang lain jengkel dan menilainya mappaka siri’-siri’.
Baginya, siri’ bukan lagi nilai kehormatan dan harga diri, tetapi hanya sekedar malu biasa yang dapat hilang ditelan masa.
Perbuatan mappakasiri’-siri’ harus dimusnahkan karena bertentangan dengan nilai dan norma
yang berlaku dalam masyarakat Sulawesi Selatan.
Siri’ (harga diri) harus ditegakkan demi menjaga harkat dan martabat sekaligus identitas orang Sulawesi Selatan.
Pewarisan nilai siri’ sangat penting dan mendesak untuk dilakukan dalam rangka pembentukan karakter dan moralitas generasi muda.
Pelaksanaannya mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau kampus dan masyarakat dengan berbagai metode pendekatan, seperti sosialisasi, workshop, festival dan sebagainya.
• Inilah Bentuk Fisik dan Sejarah Singkat Benteng Somba Opu yang Dibangun Kerajaan Gowa
--
(TRIBUNTIMURWIKI.COM/
Halaman selanjutnya