Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Desi Triana/Tim Wisata Virtual Tribun Timur telah tiba di wisata alam Bantimurung, Kabupaten Maros, Jumat (12/6/2020).

Laporan Wartawan Tribun Timur Desi Triana

TRIBUNTIMURWIKI.COM - Satu di antara destinasi wisata alam di Kabupaten Maros adalah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.

Taman nasional ini ditunjuk menjadi kawasan konservasi atau taman nasional berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tanggal 18 Oktober 2004.

Saat ini, taman dikelola oleh Balai Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung yang berkedudukan di kecamatan Bantimurung, Maros, Sulawesi Selatan.

Sejarah

Bantimurung berasal dari Bahasa Bugis dari kata benti, artinya "tetesan (air)" dan merrung, artinya "bunyi gemuruh".

Jadi Bantimurung berarti air yang bergemuruh. Nama tersebut diusulkan oleh Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa.

Simbang adalah salah satu kerajaan dalam distrik adat Gemenschaap dan berada dalam wilayah Kerajaan Marusu'.

Berawal dari kata benti merrung kemudian berubah bunyi menjadi Bantimurung seperti sekarang.

Sejarah dan asal-usul kata "Bantimurung" dimulai sejak masa Perjanjian Bungaya I dan II (1667-1669) saat Maros ditetapkan sebagai daerah yang dikuasai langsung oleh Hindia Belanda.

Ketika itu, wilayah Kerajaan Marusu' diformulasikan dalam bentuk Regentschaap yang dipimpin oleh penguasa bangsawan lokal bergelar Regent (setingkat bupati).

Setelah itu, Maros berubah menjadi Distrik Adat Gemeschaap yang dipimpin oleh seorang kepala distrik yang dipilih oleh bangsawan lokal dengan gelar Karaeng, Arung atau Gallarang.

Kerajaan Simbang merupakan salah satu distrik adat Gemenschaap yang berada dalam wilayah Kerajaan Marusu'.

Distrik ini dipimpin oleh seorang bangsawan lokal bergelar "karaeng".

Pada sekitar tahun 1923, Patahoeddin Daeng Paroempa, diangkat menjadi Karaeng Simbang.

Dia mulai mengukuhkan kehadiran kembali Kerajaan Simbang dengan melakukan penataan dan pembangunan di wilayahnya.

Salah satu program yang dijalankannya ialah dengan melaksanakan pembuatan jalan melintas Kerajaan Simbang agar mobilitas dari dan ke daerah-daerah sekitarnya menjadi lancar.

Pembuatan jalan ini, rencananya akan membelah daerah hutan belantara.

Sayangnya, pekerjaan tersebut terhambat akibat terdengarnya bunyi menderu dalam hutan yang menjadi jalur pembuatan jalan tersebut.

Saat itu, para pekerja tidak berani melanjutkan pekerjaan pembuatan jalan, karena suara gemuruh tersebut begitu keras.

Karaeng Simbang yang memimpin langsung proyek ini lalu memerintahkan seorang pegawai kerajaan untuk memeriksa ke dalam hutan belantara dan mencari tahu dari mana suara bergemuruh itu berasal.

Setelah melakukan perjalanan singkat ke dalam kawasan hutan untuk mencari tahu dari mana suara bergemuruh berasal, pegawai kerajaan langsung kembali melapor kepada Karaeng Simbang.

Namun sebelum melapor, Karaeng Simbang terlebih dahulu bertanya.

“Aga ro merrung?,” tanyanya. (Bahasa Bugis; yang berarti: "apa itu yang bergemuruh?"). “Benti, puang (air, tuanku)," jawab sang pegawai kerajaan. (Benti adalah Bahasa Bugis untuk air).

Merasa penasaran, Karaeng Simbang mengajak seluruh anggota rombongan untuk melihat langsung air bergemuruh tersebut.

Sesampainya di tempat asal suara, Karaeng Simbang langsung takjub menyaksikan luapan air begitu besar merambah batu cadas yang mengalir jatuh dari atas gunung.

“Makessingi kapang narekko iyae onroangnge' diasengi benti merrung! (mungkin ada baiknya jika tempat ini dinamakan air yang bergemuruh)," ujar Karaeng Simbang, Patahoeddin Daeng Paroempa.

Berawal dari kata benti merrung itulah kemudian berubah bunyi menjadi bantimurung.

Penemuan air terjun tersebut membuat rencana pembuatan jalan tidak dilanjutkan.

Malahan, daerah di sekitar air terjun dijadikan sebagai sebuah perkampungan baru dalam wilayah Kerajaan Simbang.

Kampung ini dikepalai oleh seorang Kepala Kampung bergelar "Pinati Bantimurung."

Sebagai tempat wisata

Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung memiliki berbagai keunikan, yaitu: karst, goa-goa dengan stalaknit dan stalakmit yang indah, dan yang paling dikenal adalah kupu-kupu.

Bantimurung oleh Alfred Russel Wallace dijuluki sebagai The Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu).

Taman Nasional ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang menyuguhkan wisata alam berupa lembah bukit kapur yang curam dengan vegetasi tropis, air terjun, dan gua yang merupakan habitat beragam spesies.

Taman Nasional ini memang menonjolkan kupu-kupu sebagai daya tarik utamanya.

Di tempat ini sedikitnya ada 20 jenis kupu-kupu yang dilindungi pemerintah dan ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 7/1999.

Beberapa spesies unik bahkan hanya terdapat di Sulawesi Selatan, yaitu Troides Helena Linne, Troides Hypolitus Cramer, Troides Haliphron Boisduval, Papilo Adamantius, dan Cethosia Myrana.

Antara tahun 1856-1857, Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan tersebut untuk meneliti berbagai jenis kupu-kupu. Wallace menyatakan Bantimurung merupakan The Kingdom of Butterfly (kerajaan kupu-kupu).

Menurutnya di lokasi tersebut terdapat sedikitnya 250 spesies kupu-kupu.

Lokasi wisata ini juga memiliki dua buah gua yang bisa dimanfaatkan sebagai wisata minat khusus.

Kedua gua itu adalah Gua Batu dan Gua Mimpi.

Selain di kawasan Bantimurung, Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung memiliki berbagai macam lokasi ekowisata yang menarik.

Di sana terdapat lebih dari 80 Gua alam dan Gua prasejarah yang tersebar di kawasan karst TN Bantimurung-Bulusaraung.

Jika Anda baru saja menginjakkan kaki ke Kota Makassar dan ingin tahu akses menuju Bantimurung, berikut caranya:

Ada beberapa rute utama yang bisa di ambil ketika ingin ke Bantimurung.

1. Dari Pelabuhan Soekarno Hatta- Bantimurung

Jarak antara Pelabuhan Soekarno-hatta ke Bantimurung begitu jauh, pengunjung disarankan mengambil alternatif untuk jalan tol.

Anda akan melewati dua kali pintu jalan tol dengan tarif mulai dari Rp 3 Ribu hingga Rp 10 Ribuan, dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

Anda juga dapat meminjam kendaraan via layanan daring.

Untuk tarif, pasti akan lebih mahal. Jarak Bantimurung yang bisa memakan waktu hingga dua jam menjadi salah satu penyebabnya.

2. Dari Bandara Sultan Hasanuddin - Bantimurung

Banyak yang memanfaatkan waktu transit untuk singgah sejenak di Bantimurung.

Misalnya tujuh jam transit adalah waktu yang sangat pas untuk bermain sejenak di air terjun yang terkenal tersebut.

Jika dari arah Bandara, Anda yang tak bisa mengakses angkutan umum dari luar hanya dapat memilih taksi atau taksii daring yang sudah tersedia.

Biasanya, tarif untuk ke Bantimurung bisa mencapai hingga ratusan ribu.

Tips Hemat:

Menuju Bantimurung memang sepertinya menguras banyak isi dompet.

Namun, jika ingin lebih murah Anda bisa berpatungan dengan teman berpergian.

Atau menghubungi jika memiliki teman di Kota Makassar untuk diantarkan ke Bantimurung.

Fasilitas:

1. Masjid

Jika bertandang dan rekreasi di Bantimurung, tempat ibadah masjid sudah tersedia.

Lokasinya tak jauh dari gerbang masuk area wisata, tepatnya sebelah kanan.

Masjid ini juga dilengkapi dengan kamar mandi, tempat wudhu terpisah baik pria dan wanita.

Tak ketinggalan sederet perlengkapan shalat mulai dari sejarah hinga mukena.

2. Hotel Bantimurung

Bagi yang ingin berlama-lama untuk rekreasi wisata di Bantimurung, pihak pengelola menyediakan hotel.

Hotel ini terdiri dari berbagai jenis kamar.

Mulai dari tipe family room, deluxe, superior, hingga standart.

Harga bervariasi mulai dari Rp 250 Ribu hingga Rp 800 Ribu.

3. Museum Kupu-kupu

Bantimurung identik dengan kupu-kupu, spesialnya Anda dapat melihat berbagai jenis kupu-kupu di sini.

Untuk wisata alam edukasi bagi anak-anak juga sangat tepat, karena ada sebuah museum kupu-kupu yang bisa di jadikan sarana untuk belajar dan mengenal kupu-kupu lebih jauh.

4. Gazebo

Gazebo ini jumlahnya puluhan, Anda bisa menyewanya bersama keluarga atau teman-teman.

Mulai dari kapasitas yang empat sampai lima orang hingga puluhan orang.

5. Cottage

Menariknya, Bantimurung juga memiliki cottage yang bisa digunakan untuk menginap.

Biasanya cottage ini disewa oleh para mahasiswa untuk kegiatan organisasi dan lainnya.

6. Permandian anak-anak

Bantimurung meupakan wisata permandian alam yang masih sangat alami meski dikelola oleh pemerintahan setempat.

Di sini juga tersedia permandian untuk anak-anak.

Sehingga tempat wisata ini dikenal terbuka untuk semua kalangan.

Ketinggian airnya juga tak sampai semester, anak-anak pun bisa menikmati aliran air yang bersumber dari air terjun.

Di tempat ini, juga dilengkapi dengan pelampung yang disewakan.

7. Air Terjun

Air terjun merupakan fasilitas alami yang disuguhkan dari alam Bantimurung.

Ini merupakan spot wisata terbaik yang ada di Bantimurung.

Siapapun yang berkunjung, air terjun adalah spot wajib yang harus disambangi.

8. Food Court

Ketika lelah beraktivitas dan berwisata, saat lapar dan tak membawa bekal, food court menjadi salah satu pilihan menghilangkan lapar.

Harganya pun relatif murah mulai dari Rp 20 Ribuan.

9. Spot foto

Saat ini spot foto menjadi hal terpenting saat memilih tempat wisata.

Tentunya untuk kebutuhan sosial media dan kenang-kenangan.

Namun saat berkunjung di Bantimurung, jangan khawatir.

Hampir semua spot wisata bisa pula di jadikan sebagai spot foto yang instagramable.

Seperti trotoar dengan topi petani yang bergantung di atasnya, tulisan Bantimurung dengan patung kupu-kupu, dan latar belakang air terjun pastinya.

Itulah mengapa Bantimurung selalu digandrungi oleh berbagai kalangan masyarakat mulai dari yang muda hingga tua.

Informasi Singkat:

Nama: Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

Dikenal: Bantimurung

Letak: Sulawesi Selatan, Indonesia

Kota terdekat: Makassar

Koordinat: 4°54′S 119°45′EKoordinat: 4°54′S 119°45′E

Luas: 43.700 hektare (437 km²)

Didirikan: 2004

Pihak pengelola: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Akses: Semua jenis kendaraan

Daya Tampung: 10 Ribu Pengunjung

Situs web: www.tn-babul.org

(TRIBUNTIMURWIKI.COM/Desi Triana Aswan)

Sumber: Tribun Timur

Berita Populer