Habiskan Sisa Hidup Bersama, Kakek & Istrinya Rela Kayuh Gerobak Belasan Kilometer Berjualan Bakso
Inilah kisah Slamet dan Painem, warga Solo, Jawa Tengah yang berjualan bakso keliling bersama.
Penulis: Dinar Fitra Maghiszha | Editor: Dinar Fitra Maghiszha
TRIBUNNEWSWIKI.COM - Barangkali benar apa kata Kahlil Gibran bahwa; "Keabadian tak menyimpan apa-apa kecuali cinta, karena cinta adalah keabadian itu sendiri" kala memandang perjuangan kakek beserta istrinya menghabiskan sisa hidup bersama dengan mengayuh gerobak belasan kilometer untuk menjual bakso.
Slamet Parmin Hadiwiyono (78) dan Painem (60) rela berboncengan dalam gerobak berjenis sepeda seadanya, namun terus berjualan bakso dengan semangat yang tampak tak terhingga.
Tampaknya, usia hanyalah angka yang tak bermakna apa-apa bagi mereka berdua pasangan lanjut usia asal Solo, Jawa Tengah, ini.
Baca: 5 Rekomendasi Bakso Legendaris di Solo, Ada yang Sudah Berdiri Sejak 1952
Baca: Mencicipi Sajian Unik Bakso Uleg Khas Temanggung, Mau Coba?

Menjadi Perbincangan WargaNet
Kedua pasangan ini terlihat telah banyak mendapat atensi dari warganet.
Melalui akun media sosial Instagram @saiff_food, foto dan video Slamet dan Painem telah diunggah sejak sebulan yang lalu, pada Selasa, (24/9/2019).
Tinggal di Rumah Triplek dan Papan Kayu
Setelah dilakukan penelusuran oleh Tribun Solo, kedua pasangan tersebut tampaknya tinggal di Kenteng Baru RT 02 RW 07, Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Solo bersama cucu mereka, Rifa'i (18).
Slamet dan Painem telah tinggal bersama di alamat tersebut sejak tahun 1993.
Rumah sederhana yang mereka tinggali hanya bersekat triplek atau papan kayu tipis.
Berjualan Bakso Habiskan Sisa Umur Bersama
Slamet mengaku sejak tinggal di alamat tersebut, ia memilih untuk menyambung hidup dengan berjualan bakso keliling.
Ia tak segan mengajak istrinya bersama menjajakan bakso.
Seringkali, sang istri ia bonceng di belakang, sementara Slamet mengayuhnya di depan.
Slamet rela mengayuh sepeda gerobaknya ke tempat-tempat tertentu.
Jarak yang mereka tempuh terkadang hingga belasan kilometer.
Diakui olehnya bahwa hal itu perlu ia lakukan untuk mencari pelanggan yang ia selalu pikir, telah menantinya.
Di tempat-tempat tertentu, pasutri lansia itu akan berhenti untuk mangkal.
Di antaranya di kawasan SD Kanisius Semanggi II, SD Al-Fajar Semanggi, dan Kantor Majelis Tafsir Alquran (MTA) Semanggi.
Hingga Malam Hari
"Kami berputar-putar paling jauh di kawasan Alun-Alun Kidul Keraton Solo, Gladag, Balaikota, terkadang sampai Pasar Gede," tutur Painem.
Halaman selanjutnya
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!