Tolak Jadi Menteri demi Fokus Pendidikan, Begini Sikap SK Trimurti pada Tawaran Presiden Soekarno

Surastri Karma Trimurti atau dikenal dengan SK Trimurti pernah menolak tawaran Presiden Soekarno menjadi Menteri Sosial.

Intisari
SK Trimurti sempat menolak tawaran menjadi Menteri Sosial agar bisa fokus ke pendidikan 

Sang Suami Sayuti Melik 

Sejak Juli 1933, Pemerintah Hindia Belanda melarang pegawai pemerintah menjadi anggota Partindo dan PNI-Baru (Pendidikan).

Apa boleh buat, demi perjuangan, Trimurti muda memilih berhenti menjadi guru, lalu ia mengikuti kursus kader Partindo di Bandung.

Sejak itu, namanya mulai masuk daftar pengawasan PID (polisi rahasia kolonial).

Ketika Soekarno ditangkap Belanda pada 1 Agustus, Surat Kabar Fikiran Ra'jat (tempat di mana ia menulis) berhenti terbit.

Bersama Sanusi Pane, Trimurti kemudian mengajar di Perguruan Rakjat di Pasirkaliki, Bandung.

Namun di sini pun ia terkena larangan mengajar.

Pemerintah Kolonial Belanda menuduhnya sebagai penghasut para murid.

Trimurti yang gerah terus di rumah, lalu menerbitkan majalah berbahasa Jawa, Bedug, kemudian berganti nama menjadi Terompet.

Merasa tak bebas bergerak jika terus tinggal di rumah orangtua, Trimurti pindah ke Jogja.

Bersama temannya, Sri Panggihan, ia mendirikan majalah Suara Marhaeni.

Saat itu ia mulai menambahkan nama Trimurti di belakang namanya sehingga menjadi S.K Trimurti.

Tahun 1936, karena membuat pamflet antipenjajahan, Trimurti dipenjara 9 bulan di Penjara Bulu, Semarang.

Di dalam bui ia merasa sebal, menyaksikan perbedaan perlakuan antara bumiputera dengan orang Eropa.

Pada 1937 Trimurti berkenalan dengan seorang pejuang eks Digul, Sayuti Melik yang kelak menjadi suaminya dan menikah menikah di Solo pada 19 Juli 1938.

Belakangan, Sayuti Melik diingat orang sebagai pengetik naskah Proklamasi.

Sebelum Jepang mendarat di Jawa, Trimurti bekerja di surat kabar Sinar Selatan yang dipimpin seorang warga Jepang.

Masalah muncul ketika Trimurti memuat artikel kiriman seseorang yang dianggap meresahkan, bertajuk "Pertikaian Tentara Jepang dan Tiongkok".

Menyusui Bayi dari Balik Penjara

Pada 11 April 1939 lahir putra pertama mereka.

Ikuti kami di
13 articles 182 0
Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved