Nurdin Abdullah Lakukan Napak Tilas di Kota yang Pernah Jadi Saksi Pertumbuhannya Semasa Kecil
Bagi masyarakat Sulawesi Selatan. pasti tidak asing lagi dengan sosok Nurdin Abdullah.
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Dinar Fitra Maghiszha
"Saya, pertama minta maaf setelah dilantik gubernur baru bisa datang. Sebenarnya istri saya gelisah terus, saya ini belum pulang kampung setelah dilantik. Dan pasti keluarga besar kita sudah menunggu di Marioriawa, di Desa Bulue dan seluruh keluarga kita yang ada di sini," kata Nurdin Abdullah, via rilis ke tribun-timur.com.
Ia menceritakan masa kecilnya, masa kuliah, bertemu istri, menjadi bupati hingga menjadi gubernur.
Cerita yang disampaiakan saat masa kecil adalah menangkap ikan, mencari jambu di kebun. Termasuk cerita saat menempuh pendidikan sekolah dasar. Ia berjalan kaki dari SD Negeri (48) Lattapareng, Jalan Batu Batu Latapparen, Botto, Lalabata, Lalabata Rilau ke Lejja, jaraknya sekira 44 Km jika berjalan kaki membutuhkan waktu sekira 8 jam.
"Saya mengingat betul bagaimana saya hidup di Soppeng ini, dari kecil mulai dari TK dan SD kalau sekarang sudah banyak angkutan, saya pernah jalan kaki dari SD Latappareng, jalan kaki ke sini (Lejja), memang sebuah ujian yang berat," ucapnya.
Ayah Nurdin Abdullah berasal dari Bantaeng, adalah seorang TNI, karena itulah sejak duduk di bangku Sekolah Dasar Negeri (SDN) selalu berpindah-pindah sekolah karena harus mengikuti ayahnya yang kerap berpindah tugas dari satu daerah ke daerah lain sedangkan Ibunya berasal dari Kabupaten Soppeng.
"Bapak Saya seorang tentara asli Bantaeng, Ibu kelahiran di sini Poro, Bapak menjadi Danramil kalau sekarang," ujarnya.
Selain warga sekitar, hadir juga mahasiswa KKN dari UIN Makassar dalam acara silaturahmi bersama gubernur tersebut. Dihadapan mereka, NA memotivasi untuk menempuh pendidikan sebaik mungkin.
Bukan hanya itu, NA menceritakan pertemuannya dengan istri, Liestiaty F Nurdin. Ia mengungkapkan menikah saat masih mahasiswa, menikahi anak Rektor Unhas saat itu, Professor Fachrudin.
"Alhamdullilah bisa sekolah tinggi, bisa membahagiakan anaknya Professor Fachrudin, jadi istri saya ini istri perjuangan, saya menikah masih mahasiswa, saya dulu menikah waktu mahasiswa. Pacar saya ini, bapaknya seorang Rektor Unhas, jadi dapat dispensasi bisa cepat selesai," beber NA yang mendapat tepuk tangan dari para mahasiswa.
Imbuhnya, yang lebih mengagetkan lagi, kata Nurdin, saat Ia menikah tanpa "uang panaik". Uang panaik adalah berupa uang yang harus disiapkan oleh calon suami untuk dipersembahkan kepada gadis yang akan dilamarnya.
"Kita nikah tidak ada uang panai, itu hebatnya, makanya, rahasianya, kalau mau tidak ada uang panai jangan pacari anaknya, pacari orang tuanya, itu rahasianya. Kalau malam minggu bukan duduk sama pacar, tetapi sama calon mertua, kita bujuk terus akhirnya, wah dia pasti mengatakan baik ini calon menantu saya," lanjutnya.
Kemudahan dalam urusan menjodohkan pun terapkan pada anaknya.
"Ternyata tanpa uang panaik bisa bahagia, tapi mahar itu penting dan perlu, tetapi uang panaik tidak wajib. Saya menikahkan anak saya juga yang perempuan itu tidak pakai uang panaik, karena kita ingin anak kita bahagia," ucapnya.
Lanjutnya, menjadi gubernur adalah kebahagian bagi dirinya, bisa membanggakan kelaurga besar.
"Saya sungguh berbahagia, bisa ketemu keluarga besar saya di sini. Saya juga merindukan ibu saya di sini, tetapi Allah lebih mencintai, kedua-duanya sudah dipanggil," sebut NA.
Diakhir sambutannya, yang didampingi istri, NA meminta agar didoakan bisa membawa Sulsel maju dan menjadi provinsi yang lebih baik.
Kehidupan Pribadi
Dikutip dari Tribun Timur rilis 2019, Gubernur Sulsel HM Nurdin Abdullah berbaur dengan ribuan anak yang hadir dalam Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2019, yang berlangsung di Lapangan Karebosi, Jl Jend Ahmad Yani, kota Makassar, Selasa (23/7/2019)
Saat itu, Nurdin mengisahkan, sewaktu ia kecil dirinya bercita-cita agar bisa membahagiakan orangtua, dan bangga kepada dirinya.
Untuk bahagiakan orangtua, Nurdin Abdullah kecil rajin belajar, dan disiplin.
"Mau sukses dengar dan nurut orang tua. Saya seperti ini (jadi Gubernur) karena rajin belajar," ujar Nurdin, disaksikan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, Yohana Susana Yembise.
Terkait pelaksanaan HAN 2019, Gubernur merasa bangga dan apresiasi kepada Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang mempercayakan Sulsel sebagai tuan rumah Pelaksanaan Festival Anak Nasional yang dirangkaikan dengan Peringatan Hari Anak Nasional 2019.
Menurutnya interaksi antar anak yang datang dari seluruh Indonesia di Makassar ini akan membawa nilai positif bagi perkembangan anak Indonesia.
"Mereka anak-anak kita harus dipersiapkan secara baik-baik agar tumbuh menjadi generasi yang bermanfaat bagi nusa dan bangsa," jelas Nurdin Abdullah.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas PPPA Sulsel, Askari mengatakan bahwa acara ini dihadiri 1500 anak yang datang dari seluruh Indonesia.
"Alhamdulillah, puncak hari HAN usai, dan berjalan dengan lancar. Kami apresiasi kepada seluruh pihak atas kerjasamanya sehingga kegiatan ini berjalan lancar," Askari, menambahkan.
--
(TRIBUNTIMURWIKI.COM/Desi Triana Aswan)
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!